[Ulasan Buku]: The Girls of Riyadh oleh Rajaa Al Sanea

This post is in Indonesian. If you would like to read it in English, please click here.

Judul Buku: The Girls of Riyadh
Penulis: Rajaa Al Sanea
Penerbit: Ufuk Publishing House
Sumber: Pribadi
Kategori: Fiksi
Tahun: 2005
Penerjemah: Syahid Widi Nugroho
Tebal: 406 halaman
ISBN: 9791238564
Cek buku ini di Goodreads.
Rating pribadi: 3.0 dari 5.0

Deskripsi dari Sampul Buku:
Versi asli buku ini diluncurkan dalam bahasa Arab pada 2005, dan secepatnya dilarang beredar di Saudi Arabia karena isinya yang menghebohkan. Keberanian buku ini berlanjut bak nyala api di seantero pasar gelap Saudi dan menggemparkan hingga ke belahan Timur-Tengah lainnya. Hingga kini, hak terjemahan atas buku ini telah terjual ke lebih dari dua puluh lima negara.

Setiap minggu-setelah salat Jumat-seseorang tak dikenal mengirimkan email bersambung kepada para wanita yang melakukan chatting di sebuah grup online di Saudi Arabia. Terdapat lima puluh email dalam setahun. Isinya menghebohkan, kisah nyata kehidupan empat gadis Riyadh: Qamrah, Michelle, Shedim, dan Lumeis. Terlalu banyak hal yang mengejutkan hingga Anda harus membaca isi buku ini untuk mengetahuinya...



Almarhum Ghazi Al Gosaibi, mantan Menteri Tenaga Kerja Arab Saudi, mengisi prolog untuk buku ini. Beliau menggambarkan bagaimana kisah-kisah yang dibawakan oleh penulis memberi dampak pada berbagai kalangan di negara tersebut. Dalam sekejap, gelombang revolusi pemikiran menyebar, mengundang perdebatan dan spekulasi lebih lanjut terhadap topik sensitif yang diangkat Rajaa Al Sanea ke permukaan masyarakat yang pada saat itu dikenal dengan pemikiran tradisionalnya.

Buku ini ditulis dalam format kumpulan surat elektronik yang dikirim oleh sang penulis ke alamat-alamat e-mail dalam domain Saudi Arabia yang bisa ia temukan. Kisah percintaan empat tokoh utama menjadi pokok bahasan yang disajikan. Mulai dari Qamrah, yang menjadi pertama menuju pelaminan diantara empat sahabat tersebut. Qamrah menikah dengan Rasyid, lelaki yang dijodohkan dengannya oleh kedua orangtua mereka, dengan hanya beberapa kali pertemuan sebelum peresmian ikatan tersebut. Pada awalnya, Qamrah berpikir pernikahan mereka akan baik-baik saja, setelah Rasyid memutuskan untuk memboyongnya pindah ke Amerika Serikat untuk menyelesaikan pendidikan pemuda tersebut. Semuanya berubah setelah mereka menetap di negara tersebut.

Shedim menerima lamaran dari Walid, putra seorang saudagar sukses di Saudi, dan ia jatuh hati kepada pemuda tersebut dalam sekejap. Hubungan mereka berjalan lancar dan tanggal pernikahan pun telah ditentukan. Ini membuat mereka memutuskan untuk membawa hubungan mereka ke tahap yang lebih intim. Tetapi pada suatu hari, Walid memutuskan segala kontak dengan Shedim, mengubah dunianya yang tadinya gemerlap menjadi gelap gulita.

Hidup dalam keluarga multikultur, dimana ayahnya berasal dari Saudi dan ibunya dari Amerika, Michelle terbiasa dengan pemikiran liberalis barat dan seringkali tidak mengerti akan tradisi di Saudi yang ia pandang terlalu mengekang. Ia kemudian bertemu dengan seorang pemuda bernama Faishal dan hubungan mereka pun berlanjut. Faishal yang sangat jatuh hati kepada Michelle pun meminta izin kepada orangtuanya untuk mengajukan lamaran terhadap gadis tersebut. Tetapi kisah cinta mereka menemukan halangan ketika orangtua Faishal tidak menyetujui silsilah keluarga Michelle.

Sementara Lumeis berkenalan dengan Ali, saudara kandung salah satu sahabatnya, Fatimah, dan kakak kelasnya di jurusan kedokteran. Pemuda tersebut membimbing Lumeis dengan bahan-bahan perkuliahan dalam beberapa kesempatan. Hubungan keduanya berlanjut dengan bantuan Fatimah. Saat Lumeis dan Ali berkencan disalah satu kedai, sekelompok polisi syariat mendatangi dan menuduh mereka telah melakukan 'pelanggaran berpacaran'.



Saya membeli buku ini enam tahun lalu dan baru membacanya baru-baru ini. Ini adalah salah satu kebiasaan jelek saya; membeli, menimbun buku dan baru membacanya bertahun-tahun kemudian xD

Saya tertarik dengan tema feminisme yang diangkat saat membaca deskripsi dari sampul buku ini, secara saya mengambil konsentrasi ilmu hubungan internasional di bangku kuliah. Pengungkapan bahwa buku ini sempat menggemparkan negara-negara di kawasan Timur Tengah juga membuat saya penasaran untuk membaca lebih lanjut.

Dari segi tema cerita, saya sangat menyukai buku ini, karena penulis berani mempertaruhkan keamanannya sendiri demi memaparkan apa yang terjadi dan mencoba mencetuskan revolusi pemikiran baru di negara tersebut. Mulai dari pandangan pada saat itu bahwa seorang perempuan harus menikah sebelum berumur dua puluh tahun. Hal ini yang menurut saya berkontribusi kepada keputusan singkat untuk menikah yang dibuat Qamrah dan ia sesali dikemudian hari, dan pandangan bahwa masyarakat harus ikut campur dalam setiap hubungan yang dibina para pasangan.

Meskipun tema yang diangkat sangat menarik, tetapi menurut saya cerita ini tidak bisa disebut sebagai sebuah novel, jika dilihat dari format yang dibuat penulis. Seperti yang telah disebutkan diatas, buku ini adalah kumpulan surat-surat elektronik yang dikirim penulis ke berbagai alamat email. Hal ini mengakibatkan gaya penyampaian cerita menjadi sedikit aneh.

Banyak terdapat diksi yang digunakan secara tidak tepat oleh penerjemah, yang membuat saya kadang-kadang mengerutkan kening selama membaca. Karena ini adalah buku terjemahan dari bahasa Arab, penerjemah berusaha menyesuaikan istilah-istilah yang ada ke dalam bahasa Indonesia. Tetapi menurut saya, tidak segala hal harus disesuaikan, seperti misalnya nama-nama karakter. Dalam versi orisinil, nama asli keempat karakter adalah Gamrah, Michelle, Sadeem dan Lamees. Lebih baik jika dituliskan sebagaimana adanya. Coba bayangkan jika penerjemah Harry Potter menyesuaikan nama sang penyihir muda menjadi "Heri Potter"? Saya tidak bisa membayangkannya o_o

Ada satu hal yang membuat saya kecewa kepada penerbit Ufuk Publishing House. Beberapa halaman dalam buku hilang (dari halaman 49 sampai halaman 64), sehingga ada beberapa cerita yang saya tidak mengerti. Padahal menurut saya, halaman-halaman yang hilang tersebut sangat esensial dalam membantu saya mengerti cerita secara kesuluruhan. Penerbit memang mencantumkan dibagian belakang buku bagi para pembaca untuk menghubungi mereka jika ada halaman hilang dan akan menggantinya dengan yang baru. Tetapi saya telah menghubungi mereka beberapa kali dan tidak ada jawaban. Website resmi yang tertulis dibuku pun telah tidak aktif. Jadi saya sarankan jika Anda ingin membeli buku ini, minta pihak toko buku untuk membuka segel dan mengecek kelengkapan halaman buku agar proses membaca Anda nanti tidak terganggu :)

Oh ya, satu lagi, judul asli dari buku ini sebenarnya adalah Girls of Riyadh, tanpa ada 'The' didepannya. Jika penerjemah tidak ingin menyesuaikan judul ke dalam bahasa Indonesia, ia seharusnya tidak menambahi determiner tersebut. Secara keseluruhan, buku ini layak untuk dibaca bagi mereka yang tertarik dengan budaya di Arab Saudi.





Tentang penulis:
Rajaa Al Sanea lahir dan besar di Riyadh, Saudi Arabia. Kini usianya 33 tahun. Dia lulus dari King Saud University dan menyandang gelar Dokter Gigi. Ketertarikannya pada dunia membaca dan menulis mendorongnya untuk membukukan pengalaman nyata teman-teman perempuannya di Riyadh. The Girls of Riyadh adalah karya perdananya dan langsung membuat namanya menjadi buah bibir diberbagai forum internet di dunia.

No comments:

Post a Comment